Kamis, 25 Februari 2016

Perkutut Menurut Tinjauan Ilmiah

Tinjauan Umum
Burung Perkutut (Geopelia striata) atau biasa disebut dengan Merbuk adalah sejenis burung yang memiliki suara kicau yang indah dan ukuran tubuh yang kecil. Burung yang berasal dari familia Columbidae ini sering dipelihara dan merupakan salah satu jagoan burung lomba.
Burung Perkutut masih memiliki hubungan kerabat dekat dengan Puter, Tekukur, dan Merpati. Hibrida (persilangan) burung Tekukur dan Perkutut dikenal dalam dunia burung hias sebagai “sinom” (bahasa Jawa) dan memiliki pola suara yang memiliki ciri khas.
Habitat
Burung perkutut di jumpai di dataran rendah hingga ketinggian 900 m, menyukai di tepian hutan, ladang, sawah. Tersebar di pulau Sumatera dan pulau Jawa dan Bali.
Burung ini hidup secara berkelompok di daratan rendah atau tinggi dengan daerah rerumputan yang luas seperti sawah atau ladang dengan ketinggian sekitar 900 m dpl.
Ciri-ciri
Burung Perkutut Memiliki ukuran tubuh yang termasuk kecil dengan panjang tubuh sekitar 22 cm.Memiliki bentuk kepala yang kecil dan bulat yang berwarna abu-abu. Memiliki Paruh yang runcing dan panjang yang berwarna biru keabu-abuan. Memiliki bentuk mata yang bulat dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan. Memiliki leher yang agak panjang dan ditumbuhi bulu yang halus. Bulu disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih. Badan tertutupi bulu yang berwarna kecokelatan. Terdapat garis melintang pada bulu sayap yang berwarna cokelat tua. Memiliki bulu ekor yang agak panjang dengan warna cokelat. Setiap kaki burung perkutut terdiri dari 4 jari dimana 1 jari ada di belakang sedangkan 3 jari lainnya ada di depan. Jadi jumlah keseluruhan jari dari burung ini adalah 8 jari.
Sifat
Burung ini termasuk jinak sehingga manusia bisa mendekatinya dengan mudah. Namun jika burung merasa terancam maka burung ini akan terbang ke pohon yang tidak jauh dari tempat asalnya.
Burung perkutut memiliki banyak kerabat dekat seperti punai dan peragam yang bisa ditemukan di seluruh dunia. Namun untuk burung jenis perkutut penyebarannya hanya sebatas Australia hingga Semenanjung Malaya.
Karena jenis perkutut di Indonesia sangat banyak maka para para ahli burung hanya membedakan jenis perkutut menurut daerah asalanya seperti Perkutut Jawa, Perkutut Sumatera, Perkutut Nusa Tenggara, dan Perkutut Bali.
Untuk burung perkutut yang ada di pulau Jawa masih bisa dibedakan lagi menurut daerah asalnya misalnya Perkutut Mataram, Perkutut Tuban, Perkutut Madura, Perkutut Pajajaran, dan Perkutut Majapahit. Burung perkutut yang berasal dari jawa dikenal sebagai jenis burung yang memiliki suara kicau yang berkualitas.
Burung perkutut terbagi menjadi tujuh sub-jenis yang dibedakan melalui daerah asal dan memiliki ukuran tubuh yang hampir sama, namun memiliki variasi warna bulu yang tidak sama. Namun untuk orang awam biasanya hanya membedakan 2 jenis saja yaitu burung Perkutut Lokal dan perkutut Bangkok.
Sembilan sub-jenis dari burung perkutut adalah :
1. Geopelia Striata yaitu Perkutut belang asli yang terdiri dari burung perkutut lokal dan burung perkutut bangkok yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Sub-jenis burung perkutut ini berasal dari Jawa, Lombok, Bali dan Sumatera.
2. Geopelia Striata Maungeus, yaitu Perkutut belang atau biasa disebut dengan nama Perkutut Sumba. Sub-jenis burung perkutut ini berasal dari Sumba, Pulau Timor dan Sumbawa.
3. Geopelia Striata Audacis, yaitu Perkutut belang yang berasal dari Tanimbar dan Kepulauan Kei.
4. Geopelia Striata Papua, yaitu Perkutut belang yang berasal dari Papua Nugini dan Papua.
5. Geopelia Striata Placida, yaitu Perkutut belang yang berasal dari Australia Utara dan papua.
6. Geopelia Striata Tranquila, yaitu Perkutut belang yang berasal dari Australia Tengah.
7. Geopelia Striata Clelaudi, yaitu Perkutut belang yang berasal dari Australia Barat.
8. Perkutut Hawaii
Di Hawaii ternyata banyak terdapat burung perkutut yang hidup bebas berkeliaran di hutan dan bahkan di kota-kota dekat dengan penduduk, seperti burung gereja saja yang ada di kota-kota di Indonesia. Perkutut Hawaii ini disebut sebagai Zebra Dove dan aslinya berasal dari tanah Jawa juga yang dibawa oleh orang-orang Jawa yang pergi ke Hawaii.
9. Perkutut Bangkok
Dikenal di masyarakat kita kalau perkutut Bangkok bersuara besar dan ngebass. Sementara perkutut yang biasa ditangkap dari hutan disebut perkutut lokal bersuara kecil. Hal ini hanya salah kaprah saja, salah tetapi dianggap benar, karena perkutut Bangkok pun asalnya juga dari tanah Jawa yang sudah dikembangbiakkan dan diambil keturunannya yang bersuara besar dan banyak yang di ekspor ke Indonesia lagi. Dan saat ini hampir seluruh penghuni kandang ternak di Indonesia adalah keturunan dari perkutut yang didatangkan dari Bangkok. Trend terakhir 2008-2009 kembali perkutut dari Bangkok dan Thailand Selatan yang bersuara besar dan berujung panjang banyak didatangkan ke Indonesia sebagai indukan. Kerabat Dekat PerkututKerabat terdekat perkutut ada dua jenis yaitu bangsa Geopelia Humeralis atau perkutut raksasa karena memang ukuran badannya sangat besar hampir dua kali lipat dibanding ukuran badan perkutut biasa. Berasal dari Australia bagian Utara. Dikenal juga sebagai Barred Ground Dove dikalangan internasional.Kerabat berikutnya banyak dipelihara di Indonesia yaitu Geopelia Cuneata atau lebih dikenal dengan nama Diamond Dove. Ukuran tubuhnya hanya setengah dari ukuran tubuh perkutut biasa. Dan di Indonesia banyak dipakai sebagai induk asuh untuk meloloh piyik perkutut untuk mempercepat proses produksi piyik perkutut.
Semua jenis perkutut di atas umumnya disebut sebagai perkutut lokal, sedangkan yang dimaksud perkutut Bangkok (Thailand) adalah perkutut belang (G.S. Striata) yang juga berasal dari Indonesia tepatnya di Pulau Jawa. Dan sudah mulai diternakkan di Thailand sejak 50 tahun yang lalu. Secara fisik perkutut lokal dan bangkok hampir sama. Secara fisik hanya dapat dibedakan oleh orang yang sudah biasa melihatnya, yaitu dengan melihat matanya di mana mata perkutut lokal mempunyai lingkaran mata warna putih lebih besar daripada mata perkutut bangkok.
Cara yang paling mudah adalah dengan mendengarkan suaranya. Perkutut lokal mempunyai suara yang ringan dan datar serta tempo iramanya cepat, sedangkan suara perkutut bangkok lebih besar (nge-bass).
Perkutut lokal terutama yang merupakan tangkapan dari alam, makin hari makin berkurang peminatnya selain oleh karena mutu suaranya yang kurang baik juga disebabkan bakalan (anak/remaja) perkutut lokal untuk menjadi rajin manggung memerlukan waktu antara 2 hingga 4 tahun, sedangkan perkutut bangkok usia 7 bulan sudah bocor jika perawatan, makanan dan keturunannya cukup baik.
Makanan
Burung perkutut sangat membutuhkan makanan yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi, vitamin dan mineral untuk proses pertumbuhan, reproduksi dan menjaga kualitas suara kicauannya. Makanan alami burung perkutut adalah biji-bijian yang seperti jewawut, millet, gabah kecil dan lain-lain.
Burung perkutut sebaiknya mendapatkan pakan yang mengandung mineral tinggi karena biasanya burung ini dipelihara dalam sangkar yang kecil sehingga tidak akan mendapatkan tambahan mineral dari tanah.
Burung perkutut yang kekurangan mineral pertumbuhan tubuhnya tidak akan berjalan dengan lancar dan akan mengalami kesulitan dalam hal reproduksi.
Di alam bebas burung perkutut biasanya memakan kerikil atau batu kecil untuk membantu menjaga kesehatan saluran pencernaannya. Anda bisa mengakali hal ini dengan cara menaruh potongan-potongan batu bata seukuran genggaman tangan di dasar sangkarnya.
Sebelum anda menaruh potongan batu bata tersebut sebaiknya batu bata dicuci dengan air bersih terlebih dahulu lalu direbus dan disangrai untuk menghindari adanya kemungkinan bakteri yang masih menempel pada batu bata.
Burung perkutut memiliki nama latin Geopelia Striata yang secara harfiah berarti merpati lurik. Di dunia internasional lebih dikenal dengan nama Zebra Dove atau Barred Ground Dove karena warna bulunya bergaris-garis mirip kuda zebra. Sementara di Malaysia dan Singapore dikenal dengan nama burung Ketitir atau Merbok. Dan di Thailand dikenal dengan nama burung Jawa atau Nokkhao Chewa, karena memang berasal dari tanah Jawa. Dan burung perkutut ini termasuk dalam kelas burung bangsa Columbidae atau bangsa merpati-merpatian dimana di kelas ini termasuk didalamnya adalah burung merpati, puter, derkuku/tekukur dan sebangsanya.
Seperti yang kita ketahui bahwa ciri - ciri dari jenis burung merpati-merpatian adalah sbb:
- Hidup berpasangan dan bertelur dua.
- Mempunyai tembolok (pemakan biji-bijian).
- Mempunyai alat yang dapat menutup hidung, sehingga tidak perlu mengangkat kepalanya pada saat    minum.
- Burung jantan bertubuh dan bersuara lebih besar serta menyanyi / berbunyi (bukan berkicau) untuk memikat betina.
    Suara nyanyian yang dihasilkan berasal dari selaput suara (syrinx) yang terletak pada bagian belakang tenggorokan yang berhubungan dengan paru-paru, yang tampak mengembung pada saat berbunyi.

 perkutut tangguh trah pajajaran warna bulu semu kuning, langka

Keunikan burung perkutut  adalah
1. Kotoran perkutut tidak bau, dan cepat kering
2. Ketika makan perkutut tidak rakus, sebagai gambaran makanan yang diisi dalam tempat pakan, tidak akan habis dalam waktu seminggu bahkan lebih
3. Bangkai perkutut tidak bau
4. Walaupun kepala perkutut luka parah sampai terlihat tulangnya perkutut tidak mati (patak warak)
5. Dalam satu ombyokan atau dalam jumlah banyak dalam satu kandang jarang ada yg bertengkar...esensi nya perkutut memiliki jiwa sosial yang tinggi
6. Mempunyai umur yang panjang, secara umum banyak sekali ditemukan umurnya sampai 40 tahun, bahkan ada juga sampai 100 tahun

Legenda Perkutut dan Para Raja



Berdasarkan fakta sulit dipungkiri bahwa perkutut telah  dijadikan klangenan raja raja terdahulu, bahkan pahlawan nasional Pangeran Diponegoro sangat menggemari burung ini. Banyak filosofi yang bisa kita pelajari dari perkutut, salah satunya ialah perkutut dalam satu ombyokan (sangkar yang berisi banyak perkutut) jarang sekali ada pertengkaran, artinya sebagai manusia kita juga harus saling menghargai terhadap sesama umat manusia, filosofi yang lainnya adalah perkutut makannya tidak rakus, sebagai gambaran dalam satu pakan, makanannya tidak akan habis dalam satu minggu, bahkan bisa lebih, perkutut dikenal hewan yang sangat tahan menahan haus, dan lapar, artinya manusia-pun harus bisa menjaga makannya tidak rakus, jangan karena punya uang banyak segala makanan dibeli, dan dimakan, yang berujung kepada banyaknya penyakit, sebagaian besar penyakit karena kesalahan manusia sendiri karena pola makan yang salah.

Ada cerita yang melegenda dalam masyarakat Jawa perihal burung perkutut. Burung ini menurut ceritanya, merupakan jelmaan seorang pangeran yang pada zaman Kerajaan Majapahit dikenal dengan legenda Joko Mangu. Bermula dari hal itu maka kemudian berkembang dalam tradisi masyarakat Jawa bahwa Burung Perkutut menjadi sakral keberadaannya. Bagi Priyayi Jawa, burung menjadi salah satu dari sapta brata yang harus dimiliki. Oleh karenanya masyarakat Jawa khususnya para laki-laki banyak yang memelihara burung atau kukilo khususnya burung perkutut.
Banyak pertimbangan mengapa masyarakat Jawa khususnya kaum lelakinya memelihara burung perkutut. Diantara berbagai pertimbangan tersebut yakni sekedar prestise hingga nguri-nguri ajaran adiluhung nenek moyang. Leluhur orang Jawa dulu sering memberi wejangan bahwa manuk (burung) terdiri dari unsur kata ma (manjing) dan nya (nyawa) yang artinya urip atau hidup. Wejangan itu kemudian diterjemahkan dengan “aja mung ngoceh, nanging manggungo utawa yen ngomong kudu sing mentes” artinya kalau berbicara harus yang berisi.
Selama ini terdapat dua macam kategori orang yang gemar akan burung perkutut, yakni karena anggung (suara) dan karena cirimati (ciri baku) atau katuranggan. Orang yang menyukai burung perkutut karena anggung atau suaranya kebanyakan akan diikutsertakan dalam lomba atau sekedar hanya untuk klangenan. Sementara yang suka burung perkutut karena cirimati atau katuranggan biasanya memiliki kepercayaan bahwa dengan memelihara burung perkutut akan bisa mendatangkan rezeki atau keberuntungan.
Konon kepercayaan masyarakat Jawa akan katuranggan, angsar atau tangguh burung perkutut dipengaruhi oleh legenda Joko Mangu. Diceritakan dalam legenda tersebut bahwa saat zaman Kerajaan Majapahit dulu ada burung perkutut yang merupakan jelmaan Pangeran dari Pajajaran yang bernama Joko Mangu. Burung tersebut lepas dari Pajajaran dan terbang ke arah timur hingga ke Majapahit. Selanjutnya Burung Perkutut dengan nama Joko Mangu itu lepas lagi dari Majapahit dan terbang ke arah pesisir. Artinya pulung atau keberuntungan Majapahit lepas dan akhirnya menuju ke arah pesisir hingga munculah Kerajaan Demak. Dari pesisir akhirnya Joko Mangu terbang lagi dan menuju ke selatan dan ditemukan oleh Ki Ageng Paker dari Ngayogyakarta.
Dalam memelihara burung perkutut yang perlu dipersiapkan adalah diri pribadi orang itu sendiri. Artinya, kepercayaan akan katuranggan, pulung atau angsar dan tangguh harus tetap ditempatkan pada posisi yang semestinya. Kepercayaan akan Tuhan menjadi mutlak, melebihi kepercayaan pada siapa dan apapun. Mengenai pulung atau wahyu, akan datang dengan sendirinya, jika seseorang itu telah benar-benar tertata. Dalam dunia pewayangan selalu pulung sing nggoleki uwong, dudu uwong sing nggoleki pulung atau isi sing nggolek wadhah, dudu wadhah sing nggoleki isi.
Perkutut Tangguh
1. Pajajaran meliputi Jawa Barat warna ungu dari bulu badan, kaki, sampai genta dan kelopak mata
2. Majapahit terutama Malang dan Jember warna dari bulu badan hijau bambu, sampai kaki, genta dan kelopak mata
3' Demak Jawa Tengah bagian Utara warna kaki kemerah merahan samapi genta dan kelopak mata
4. Pajang Jawa Tengah antara g Lawu sampai g Merapi warna kaki blawuk sampai genta dan kelopak mata
5. Mataram Jawa Tengah pesisir Selatan KLaten sampai Cilacap warna kakinya keputih putihansanpai ke genta, kelopak mata dan paruhnya yang pendek
6. Sedayu Jawa Timur bagian utara Tuban Bojonegoro warna kakinya putih agak kelabu sampai genta dan kelopak mata
7. Bali meliputi wilayah Bali warna biru dari bulu badan sampai genta dan kelopak mata

video perkutut putih dengan suara triple (ketk 3 kali)