Ama Muhammad Ali Yusuf dilahirkan dari Ayah bernama Nasedin dan Ibu Enas yang merupakan tokoh masyarakat cilendek, Bogor. Sang Ayah meninggal tahun 1955, saat berusia 120 tahun, dilihat dari garis keturunan Ayah, Ama Yusuf Nasedin merupakan keturunan dari Dalem Kedung Badak, Bogor, yang sampai saat ini makam tersebut merupakan makam keramat dan sering diziarahi segala lapisan masyarakat.
Ama Yusuf Nasedin lahir tahun 1924, mengawali karirnya sebagai juru tulis di daerah Semplak, Bogor, setelah itu menjadi Mantri Polisi di Cisarua, karena ketekunan dan kesabarannya beliau diangkat menjadi camat di Gunung Sindur sampai pensiun di akhir tahun 1970-an.
Ketika tahun 1950-an Ama Yusuf Nasedin diperkenalkan oleh lurah Acip ke Bapak Salman di daerah Jakarta untuk belajar/berguru ilmu PS Partisan Siliwangi, setelah dipelajari beberapa waktu, rupanya beliau masih belum puas dalam mempelajari ilmu PS, kemudian oleh lurah Acip pula, Ama Yusuf Nasedin diperkenalkan kepada Bapak Muhajir di Tanjung Priok, dan sama seperti sebelumnya beliaupun masih belum puas dengan ilmu PS, karena belum mencapai hakekat ilmu PS. Sampai suatu ketika beliau diperkenalkan kepada Ama Hasan Basri untuk belajar dan berguru ilmu PS. Waktu itu Ama Hasan Basri tinggal di Cipinang Jakarta, beliau asalnya dari Parakan, Saketi, Pandeglang, Banten, karena ditugaskan oleh pemerintah saat itu di wilayah Jakarta, jabatan beliau adalah penilik sekolah.
Dilihat dari karir Ama Hasan Basri dan Ama Yusuf Nasedin, adalah sosok ulet, cerdas/patonah, jujur/amanah terbukti dari jabatan yang berhasil diraihnya. Adapun cerdas dan jujur adalah salah satu syarat untuk menjadi seorang pemimpin, dan syarat ini sudah dipenuhi oleh guru guru kita.
Ama Hasan Basri dalam mendidik ilmu PS kepada muridnya menggunakan sebuah sebuah metode sistematis, sehingga apa yang diberikan akan dapat dipahami oleh semua murid muridnya, sesuai kemampuan, bakat dan keahlian para murid. Demikian setelah Ama Hasan Basri mendidik Ama Yusuf Nasedin beliau bukan saja dapat memahami arti dan hakekat ilmu PS tetapi telah mencapai tingkat, martabat yang tinggi hal ini dapat dilihat dari banyaknya lapisan masyarakat yang menjadi muridnya bukan saja di wilayah Cilendek saja, tetapi sudah mencapai Gunung Batu, Sindang Barang, bahkan mencapai Leuwi Liang, salah seorang anggota PS yang tinggal di Gunung Batu, saat itu jika ingin pergi ke Cilendek, yaitu dengan menyebrang sungai Cisadane beramai ramai. Para murid biasa berkumpul di rumah Ama Yusuf Nasedin, hampir setiap malam dari bada isya sampai menjelang subuh, selain berlatih silat mereka juga mengaji dengan membaca solawat.
Setelah dididik oleh Ama Hasan Basri, beliau memperkenalkan Ama Yusuf Nasedin dengan guru besar PS Partisan Siliwangi, yaitu Ama Raden Puradireja, Sagalaherang. Kemudian Ama Yusuf Nasedin mencapai tingkatan tinggi dalam ilmu PS, beliau diangkat menjadi Ketua Pelatih oleh Ama Raden Puradireja dengan diberikannya sertifikat Ketua Pelatih yang ditandatangi langsung oleh Ama Raden Puradireja.
Dalam merintis ilmu PS, di Cilendek khususnya dan Bogor umumnya, Ama Yusuf Nasedin dapat rintangan dan cobaan yang sangat berat, baik dari warga setempat ataupun ulama. Bahkan ilmu PS pernah dikatakan ilmu untuk ria, takabur, dan kesombongan bahkan ada juga yang mengatakan sesat. Dengan bijaksana, kesabaran, dan keuletan, Ama Yusuf Nasedin bukan hanya membuktikan kebenaran ilmu PS tetapi juga dapat mengajak ulama setempat bergabung dengan PS dan sampai saat inipun ajaran PS dapat berkembang dengan baik di wilayah Cilendek khususnya dan Bogor umumnya.
Sebelum peristiwa PKI, Ama Raden Puradireja pernah mengunjungi rumah Ama Yusuf Nasedin di Cilendek dengan didampingi oleh petinggi Kodam Siliwangi yaitu Bapak R Darsono yang merupakan murid Ama Raden Puradireja, kelak menjadi Pangdam Mulawarman. Pada saat itu penyambutan dilakukan secara meriah dengan menyertakan pramuka dan pejabat pemerintahan lainnya.
Dari didikan Ama Yusuf Nasedin, lahir beberapa tokoh PS yang kelak kemudian hari menjadi pelatih seperti :
1. Bapak Soleh Nasedin, Cilendek
2. Bapak Suminta, Cilendek
3. Bapak H Abbas Heriz, Batutulis
4. Bapak H Yusuf Mukti, Cilendek
5. Bapak Syafei, Gunung Batu
Sebetulnya masih ada beberapa lagi murid Ama Yusuf Nasedin, yang menjadi pelatih karena terbatas waktu dan tempat, tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Pada hari Rabu tanggal 19 Agustus 1987 atau 24 Zulhijah 1407 H, meninggal dunia dan dimakamkan di Cilendek, semoga perjuangan beliau dapat menjadi contoh bagi warga PS lainnya Amiiiiin.
Ama Yusuf Nasedin lahir tahun 1924, mengawali karirnya sebagai juru tulis di daerah Semplak, Bogor, setelah itu menjadi Mantri Polisi di Cisarua, karena ketekunan dan kesabarannya beliau diangkat menjadi camat di Gunung Sindur sampai pensiun di akhir tahun 1970-an.
Ketika tahun 1950-an Ama Yusuf Nasedin diperkenalkan oleh lurah Acip ke Bapak Salman di daerah Jakarta untuk belajar/berguru ilmu PS Partisan Siliwangi, setelah dipelajari beberapa waktu, rupanya beliau masih belum puas dalam mempelajari ilmu PS, kemudian oleh lurah Acip pula, Ama Yusuf Nasedin diperkenalkan kepada Bapak Muhajir di Tanjung Priok, dan sama seperti sebelumnya beliaupun masih belum puas dengan ilmu PS, karena belum mencapai hakekat ilmu PS. Sampai suatu ketika beliau diperkenalkan kepada Ama Hasan Basri untuk belajar dan berguru ilmu PS. Waktu itu Ama Hasan Basri tinggal di Cipinang Jakarta, beliau asalnya dari Parakan, Saketi, Pandeglang, Banten, karena ditugaskan oleh pemerintah saat itu di wilayah Jakarta, jabatan beliau adalah penilik sekolah.
Dilihat dari karir Ama Hasan Basri dan Ama Yusuf Nasedin, adalah sosok ulet, cerdas/patonah, jujur/amanah terbukti dari jabatan yang berhasil diraihnya. Adapun cerdas dan jujur adalah salah satu syarat untuk menjadi seorang pemimpin, dan syarat ini sudah dipenuhi oleh guru guru kita.
Ama Hasan Basri dalam mendidik ilmu PS kepada muridnya menggunakan sebuah sebuah metode sistematis, sehingga apa yang diberikan akan dapat dipahami oleh semua murid muridnya, sesuai kemampuan, bakat dan keahlian para murid. Demikian setelah Ama Hasan Basri mendidik Ama Yusuf Nasedin beliau bukan saja dapat memahami arti dan hakekat ilmu PS tetapi telah mencapai tingkat, martabat yang tinggi hal ini dapat dilihat dari banyaknya lapisan masyarakat yang menjadi muridnya bukan saja di wilayah Cilendek saja, tetapi sudah mencapai Gunung Batu, Sindang Barang, bahkan mencapai Leuwi Liang, salah seorang anggota PS yang tinggal di Gunung Batu, saat itu jika ingin pergi ke Cilendek, yaitu dengan menyebrang sungai Cisadane beramai ramai. Para murid biasa berkumpul di rumah Ama Yusuf Nasedin, hampir setiap malam dari bada isya sampai menjelang subuh, selain berlatih silat mereka juga mengaji dengan membaca solawat.
Setelah dididik oleh Ama Hasan Basri, beliau memperkenalkan Ama Yusuf Nasedin dengan guru besar PS Partisan Siliwangi, yaitu Ama Raden Puradireja, Sagalaherang. Kemudian Ama Yusuf Nasedin mencapai tingkatan tinggi dalam ilmu PS, beliau diangkat menjadi Ketua Pelatih oleh Ama Raden Puradireja dengan diberikannya sertifikat Ketua Pelatih yang ditandatangi langsung oleh Ama Raden Puradireja.
Dalam merintis ilmu PS, di Cilendek khususnya dan Bogor umumnya, Ama Yusuf Nasedin dapat rintangan dan cobaan yang sangat berat, baik dari warga setempat ataupun ulama. Bahkan ilmu PS pernah dikatakan ilmu untuk ria, takabur, dan kesombongan bahkan ada juga yang mengatakan sesat. Dengan bijaksana, kesabaran, dan keuletan, Ama Yusuf Nasedin bukan hanya membuktikan kebenaran ilmu PS tetapi juga dapat mengajak ulama setempat bergabung dengan PS dan sampai saat inipun ajaran PS dapat berkembang dengan baik di wilayah Cilendek khususnya dan Bogor umumnya.
Sebelum peristiwa PKI, Ama Raden Puradireja pernah mengunjungi rumah Ama Yusuf Nasedin di Cilendek dengan didampingi oleh petinggi Kodam Siliwangi yaitu Bapak R Darsono yang merupakan murid Ama Raden Puradireja, kelak menjadi Pangdam Mulawarman. Pada saat itu penyambutan dilakukan secara meriah dengan menyertakan pramuka dan pejabat pemerintahan lainnya.
Dari didikan Ama Yusuf Nasedin, lahir beberapa tokoh PS yang kelak kemudian hari menjadi pelatih seperti :
1. Bapak Soleh Nasedin, Cilendek
2. Bapak Suminta, Cilendek
3. Bapak H Abbas Heriz, Batutulis
4. Bapak H Yusuf Mukti, Cilendek
5. Bapak Syafei, Gunung Batu
Sebetulnya masih ada beberapa lagi murid Ama Yusuf Nasedin, yang menjadi pelatih karena terbatas waktu dan tempat, tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Pada hari Rabu tanggal 19 Agustus 1987 atau 24 Zulhijah 1407 H, meninggal dunia dan dimakamkan di Cilendek, semoga perjuangan beliau dapat menjadi contoh bagi warga PS lainnya Amiiiiin.
Ama Yusuf Nasedin, Cilendek, 1973
SubhanAllah semoga kita bisa mencontoh apa yg sudah di contohkan guru kita
BalasHapus