Dalam
menghadapi invasi inggris ke pulau jawa, gubernur jenderal Daendles
mempersiapkan dengan membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan dengan maksud
agar akomodasi darat lebih mudah. Pembuatan jalan itu di mulai dari Barat pulau
jawa yaitu Anyer, sebuah kecamatan di wilayah Serang, Banten, sampai dengan
Panarukan di Banyuwangi /Jawa Timur dibuat tahun 1809 sampai tahun 1810
sepanjang 1000 km.
Adapun rute
pembuatan jalan itu adalah anyer, cilegon, serang, tangerang, jakarta, bogor,
puncak, cianjur, bandung, sumedang, kadipaten, cirebon, dst. Dalam sejarah
sumedang ditulis bahwa Pangeran Kornel sempat menolak pembuatan jalan, hal itu
diabadikan dengan tugu di cadas pangeran. Yang menjadi pertanyaan kenapa
Daendles tidak membuat jalan lewat pantura yaitu dari jakarta, ke bekasi,
karawang, subang, indramayu, cirebon ?, padahal secara geografis keadaan alamnya
lebih mudah dibuat jalan karena tanahnya datar, tidak banyak belokan, dll.
Daendles lebih memilih jalur selatan yang keadaan geografisnya lebih sulit,
dimana banyak sekali tanjakan, dan belokan karena daerah pegunungan.
Daerah pantura
terkenal dengan rawan kejahatannya dari bajing luncat sampai perampokan, hal ini
yang dikhawatirkan Daendles, karena pembuatan jalan ini harus diselesaikan dalam
waktu yang singkat, sementara gangguan keamanan wilayah pantura tidak akan
dipadamkan dalam waktu yang singkat. Salah satu kelompok rampok yang terkenal
adalah Golek Merah kelompok ini beraksi antara wilayah bekasi sampai cirebon,
basisnya adalah karawang sampai subang, kelompok ini bukan hanya lihai dan sadis
dalam melakukan aksinya, tetapi juga terkenal dengan kedigjayaan dan
kesaktiannya, pernah salah satu orang dari kelompok ini tertangkap lalu dibunuh
dengan cara kejam dengan cara dicincang, baik oleh aparat keamanan setempat
ataupun masyarakat, kemudian apa yang terjadi ?, ternyata orang yang telah mati
dengan cara dicincang itu dapat hidup kembali, aneh bin ajaib.
Berbagai jenis
kejahatan yang tidak ada di wilayah lain tetapi wilayah ini ada, seperti istilah
kesenian yang populer di willayah ini semacam tarian/jaipongan bernama BAJIDOR,
yang dalam sebagian orang diartikan Barisan Jalma Doraka (Barisan Jalma
Durhaka), sudah puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun pihak belanda yang
angkatan perangnya terkenal bisa memadamkan pemberontakan kaum Padri di Sumatra
Barat, Aceh, ataupun Sultan Hasanudin di Makasar, tidak bisa menumpas kejahatan
di wilayah ini. Hal ini yang membuat Daendles tidak membuat jalan melewati
Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu daripada mendapat gangguan para bajingan
ini, Daendels lebih suka memilih jalan yang tingkat kesulitannya lebih tinggi di
daerah pegununungan yang bukan hanya banyak belokan, tanjakan, ataupun batu
karang tetapi juga dengan biaya yang lebih besar.
Diawali dengan
penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengas Dengklok, yang merupakan basis warga
PS/Partisan Siliwangi, ketika negeri ini akan dilahirkan di bulan suci Ramadan
hari jum'at tanggal 17 Agustus 1945, timbul pertanyaan kenapa harus diasingkan
ke Rengas Denglok, sebuah daerah terpencil saat itu yang dikenal daerah gersang
?. Lebih jelas lagi ketika pecah perang kemerdekaan wilayah Bekasi Karawang
Subang/Purwakarta merupakan medan pertempuran heroik yang terkenal. Bahkan
banyak pejuang RI yang terdesak dari Jakarta seperti Lukas Kustaryo dari TNI,
Haji Darip Klender, KH Nur Ali Kalimalang, dll bersembumyi di Purwakarta. Tidak
salah lagi wiliyah ini merupakan basis perjuangan TNI, yang dibantu oleh
masyarakat setempat. Walaupun Belanda dengan membonceng NICA yang terkenal
dengan pasukan GURKA berhasil menghancurkan wilayah Bekasi sampai Karawang,
tetapi mereka tidak berhasil menangkap para pejuang baik dari TNI ataupun
sipil.
Berbicara
tentang TNI yang berjuang di wilayah Pasundan ketika kancah perang revolusi
sudah bisa dipastikan Divisi Siliwangi-lah nama pasukan itu, sebutlah seperti
para tokoh seperti Jendral Didi Kartasasmita yang pada saat long march
pangkatnya lebih tinggi daripada Jendral Nasution ataupun Jendral Sudirman,
Brigjen Sadikin yang pensiun dini tahun 1950-an beliau yang menumpas
pemberontakan PKI Madiun, bahkan dalam buku biografi Presiden Soeharto, Brigjen
Sadikin-lah yang menyelamatkan Soeharto ketika ditangkap oleh pasukan TNI karena
disangka terlibat pemberontakan Madiun. Tokoh lain dari Divisi Siliwangi adalah
Jendral Mursid yang merupakan Wakasad dan diplomat Philipina ketika jaman
Soekarno, Jendral Darsono mantan Pamgdam Wirabuana, dan banyak lagi yang tidak
bisa ditulis satu persatu. Dan perlu diketahui semua tokoh Siliwangi yang kami
sebut tadi adalah warga tulen paguron PS/Partisan Siliwangi. Diluar dari TNI
banyak juga laskar rakyat seperti hisbullah, PS/Partisan Siliwangi yang pada
saat itu masih bernama PS/Penjtak Silat yang pada akhirnya laskar PS ini
direkrut oleh Divisi Siliwangi bukan hanya dalam medan pertempuran tetapi juga
diikutsertakan long march ke Jogyakarta.
Dalam
menghadang pasukan GURKA yang merupakan tulang punggung kekuatan NICA/ Belanda,
di wilayah Pantura ada sekelompok orang membuat moral pasukan NICA jatuh, mereka
bukan hanya berani di medan tempur tetapi juga memiliki keterampilan perang
melebihi militer, padahal mereka tidak pernah mendapat didikan militer, uniknya
dari kelompok ini adalah banyak diantara mereka yang merupakan kelompok Golek
Merah yang sering membuat keonaran di masyarakat, sebelumnya berbagai macam
kejahatan telah mereka lakukan dari perjudian, pelacuran, pembunuhan,
perampokan, dsb. Ada kejadian yang menunjukkan bahwa mereka itu sebelumnya jauh
dari pendidikan agama yaitu, suatu saat mereka itu diperintah membaca solawat,
kemudian apa yang terjadi ?, mereka bukannya membaca solawat seperti diperintah
agama dengan membaca “Allahumma shalii ala..........” tetapi mereka membaca
solawat, solawat.......dst, sudah dapat dipastikan banyak juga diantara mereka
yang tidak bisa melakukan shalat, bahkan ketika bulan suci ramadan banyak
diantara mereka yang tidak melakukan puasa.
Tetapi fakta
di lapangan menyebutkan bahwa para bajingan yang sering membuat onar di
masyarakat dan jauh dari pendidikan agama itulah yang banyak berperan menghadang
tentara Sekutu, NICA yang diboncengi Belanda, mereka berjuang tanpa pamrih,
keterampilan berperang mereka melebihi pasukan militer khusus, padahal mereka
tidak pernah mendapat pendidikan militer. Disamping itu background moral mereka
sebelumnya dikenal kurang baik, dikhawatirkan akan membuat keonaran tidak
berbekas sama sekali. Hal ini dibuktikan dengan direkrutnya kelompok ini oleh
petinggi Divisi Siliwangi dalam beberapa medan pertempuran dan bahkan ikut long
march ke Jogyakarta. Pertanyaannya kenapa bisa moral mereka yang dikenal
sebelumnya tidak baik bisa berubah 180 derajat ?, jawabannya tidak ada yang
tidak mungkin terjadi bagi Tuhan, jika Tuhan telah berkehendak semua bisa
terjadi termasuk melunakan hati manusia yang lebih keras daripada cadas ataupun
baja, membuat dingin hati yang lebih panas daripada api.
Itulah hijrah
sebenarnya yang diajarkan oleh Nabi bukan hanya pindah dari satu tempat ke
tempat lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik tetapi hijrah daripada
perbuatan yang tidak baik ke perbuatan yang lebih baik, itulah mereka anggota
PS/Partisan Siliwangi telah melakukan hijrah secara fisik dan spiritual, hijrah
fisik mereka telah melakukan dari jawa barat ke jogyakarta dengan melakukan long
march karena ketaatan mereka kepada pemimpin negara, agama, hijrah spiritual
dengan merubah perilaku tidak baik ke perilaku yang lebih baik.
Sejarah
menulis hijrah yang dilakukan warga PS/Partisan Siliwangi ada beberapa kali,
diantaranya setelah perang kemerdekaan selesai, mereka yang berjumlah kurang
lebih 20 ribu orang, bertrasmigrasi ke lampung dengan membuka hutan belantara
atas restu Presiden Soekarno dibantu BRN (Badan Rekonstruksi Nasional) pimpinan
Jendral Didi Kartasasmita tahun 1950, mereka menjadi petani kopi, lada, karet,
nelayan dll di lampung. Seperti diketahui Lampung adalah salah satu sentral
kopi/lada/karet di Indonesia, sebagian besar dari mereka itu dimiliki warga
paguron PS/Partisan Siliwangi, artinya secara ekonomi penghasilan mereka
melebihi dari kecukupan, hal ini dibuktikan dengan mahalnya harga tanah di
Lampung Barat yang merupakan basis warga PS/Partisan Siliwangi (80% warga
lampung barat adalah warga paguron PS/Partisan Siliwangi), selain itu data
statistik menyebut bahwa peredaran uang paling besar dan cepat di propinsii
lampung ada di kab Lampung Barat yang merupakan basis warga paguron PS/ Partisan
Siliwangi.
Kesimpulan
dari tulisan ini adalah warga paguron PS/Partisan Siliwangi telah melakukan
hijrah 3 jenis :
-
Hijrah dari
tempat asal mereka di Jawa Barat ke Jogyakarta ketika pecah perang kemerdekaan,
long march, kemudian hijrah ke lampung setelah perang kemerdekaan sampat saat
ini.
-
Hijrah dari
ekonomi/penghasilan yang biasa/kurang baik ke ekonomi/penghasilan yang lebih
baik karena kopi dari warga paguron PS/Partisan Siliwangi banyak diekspor ke
luar negeri, disamping harga lada yang tinggi, juga karet.
-
Hijrah dari
perilaku yang kurang baik ke perilaku yang lebih baik hal ini dibuktikan dengan
berubahnya perilaku warga paguron PS/Partisan Siliwangi dari yang tidak mengenal
agama menjadi lebih religius dalam beragama.
-
Tiga Point di
atas tidak mungkin terlaksana tanpa adanya kepatuhan, ketaatan kepada pemimpin
mereka, artinya setiap warga PS Paguron bermaksud tawakal kepada Allah dan patuh
kepada Guru/Pemimpin yang tidak keluar dari martabat
keguruannya.